Minggu, 20 November 2016

Tahija Foundation dan Eliminate Dengue Project (EDP) Jogja (Part 3)

(Tukang Ngemeals at EDP Project Invitation). Dalam Annnual Report 2014, Tahija Foundation melaporkan bahwa pada tahun 2013 mereka berhasil menyiapkan landasan operasional untuk pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia di Yogyakarta. Pada Januari 2014, pelepasan perdana nyamuk dilakukan di Desa Kronggahan dan Nogotirto, Kabupaten Sleman. Tantangan yang dihadapi tim EDP Jogja kala itu adalah bagaimana mensosialisaikan kegiatan ini kepada masyarakat. Tantangan yang lain adalah letusan Gunung Kelud pada Bulan Februai 2014, tetapi hal ini tidak menyebabkan gangguan signiikan pada proses kegiatan pelepasan nyamuk. Pada Desember 2014, tim EDP Jogja melakukan kegiatan serupa di dua wilayah yang ada di Kabupaten Bantul.

Jumat, 11 November 2016

Perjalanan Panjang Si Wolbachia dan Kisah Sang Profesor (Part 2)

A lot of science involves failure, but there are also the brilliant successes, successes that can lead to new inventions, new tools, new drugs — things that can change the world (Anonim)
(Tukang Ngemeals at EDP Project Invitation). Terkadang kisah sukses seseorang lahir dari sebuah gagasan sederhana. Sebuah inovasi yang menghadirkan solusi. Juga perjalanan panjang yang melelahkan. Demikian pula yang dialami Profesor Scott O'Neill ketika mengupayakan penemuannya di bidang ilmu biologi. Sebuah terobosan di bidang sains yang menghadirkan solusi mengatasi virus dengue. 

Sang profesor kala itu tertarik pada bakteri Wolbachia pipiens. Bakteri ini pertama kali ditemukan di dalam tubuh nyamuk Culex pipiens pada tahun 1920. Bakteri Wolbachia terdapat di hampir 60% hingga 70% serangga seperti ngengat, lalat buah, capung, kumbang, dan nyamuk, tetapi tidak pada nyamuk jenis aedes aegypti yang merupakan inang virus dengue. 

Senin, 07 November 2016

Atasi Dengue dengan EDP Project (Part 1)

(Tukang Ngemeals at EDP Project Invitation). Waktu begitu cepat berlalu. Tak terasa kini sudah mendekati Bulan Desember. Sudah hampir 4 tahun lamanya saya berada di Yogyakarta, Menikmati romantisme masa-masa menjadi anak kuliahan. Bergelut dengan tugas-tugas. Banyak hal juga telah saya lalui. Jogja diguyur hujan deras Desember ini. Lapis demi lapis kumulonimbus tak ubahnya seperti gumpalan-gumpalan kapas yang terbang di langit. Terkadang menimbulkan mendung yang gelap dan pekat. Terkadang pula menjatuhkan jarum-jarum tajam dari langit. Juga petir yang menggelegar. Ah, hujan Bulan Desember. 

Hujan Bulan Desember ini mengingatkan saya pada seorang kawan yang pernah dirujuk ke RS Sardjito karena menderita demam berdarah. Kala air menderas dari langit. Menimbulkan bunyi gemerisik. Juga kecipak-kecipuk langkah-langkah kaki karena jalanan tergenang air. Menjadikan sebagian orang memilih berdiam diri di rumah. Mendekam dalam selimut. Sedangkan kawan saya ini merasakan nyeri di hampir sebagian tubuhnya. Demam hebat yang tak berkesudahan. Mimisan. Muntah-muntah disertai timbulnya bintik merah di sepanjang kulit. Saya bergidik ngeri jika teringat akan hal itu.